Liburan akhir tahun kali ini aku (sekeluarga) mengajak si seli (sepeda lipat) ke Taman Dayu Pandaan 26/12/09. Kebetulan ada acara reuni SMP istriku, di Villa Golf (milik teman istriku). Berangkat dari rumah dengan bayangan / tujuan akan keliling di Taman Dayu.
MENYUSUP DI PADANG GOLF TAMAN DAYU
Esuk harinya setelah shalat subuh, 05.30 turunkan seli dari atas mobil kemudian aku gowes masuk padang golf, yang berada pas di belakang Villa. Dengan semangat aku pancal seli melewati jalan khusus kendaraan golf yang berkelok-kelok naik turun. Hamparan rumput hijau yang terpotong rapi dan bunga-bunga warna-warni, udara sejuk dengan back drop gunung disela-sela rindangnya pepohonan.
Asyik……….segarrrrrrrrrrrr mengelilingi lapangan golf, meskipun ada rambu “JALAN KHUSUS KENDARAAN GOLFCARTS ON PATHS ONLY”. Cuek aja aku, terus gowes seli sambil melihat kesibukan para pekerja yang lagi memotong rumput dan menyapu lapangan golf. Sesekali aku berhenti mengambil foto untuk kenang kenangan, kadang juga minta tolong pemotong rumput untuk mengambil gambarku yang lagi mejeng dengan seli.
Setelah mengelilingi Hole 11 aku ketemu SATPAM dan di tegur : “Maaf pak ini jalan khusus kendaraan golf, bapak kembali saja”. Pikirku : aku belum puas sudah disuruh balik, aku harus cari jalan lain di luar pandangan SATPAM. Langsung aku ngacir saja dari pada nanti bertengkar.
Setelah itu aku pindah gowes di Hole 18, tapi tidak tuntas. Kemudian gowes menuju Water Park Taman Dayu, ternyata disana ada satu seli element dan aku hampiri langsung kenalan sama mas Rully dari B2W Surabaya (langsung aku di kasih sticker B2W). Dan cerita sama mas Rully kalau aku habis gowes di padang golf, dia tertarik. Langsung aja aku ajak gowes bareng di padang golf Hole 18 yang tak tuntas aku kelilingi. Wah cocok ini, bisa gantian foto di padang golf.
Sambil tengok kanan-kiri (takut ketahuan SATPAM) kami berhasil mengelilingi Hole 18 dengan selamat dari teguran SATPAM. Hahaha…………………………. Ini yang asyik. Maaf ini kebiasaanku dari kecil “Melanggar yang di larang”. Tapi sekarang sudah jarang melanggar karena umur sudah empat lima, ya cuma kalau ada kesempatan saja. Hahhaa……
Inilah salah satu keistimewaan seli bisa digendong kemana-mana. Tak gendong kemana-mana……………………….
Setelah dua puluh hari berlalu pelaksanaan BCT 2009, aku baru sempat menulis. Semoga ada manfaatnya.
MASA KECIL
Pelaksanaan BCT 2009 bagi saya sendiri sangat memuaskan. Mengingatkan pada masa kecil (1974-1984) yang hobi naik sepeda mini menyusuri jalan-jalan setapak dan rumpun bambu, mencari lokasi yang menantang untuk aku gunakan sepeda cross, mini cross atau tril-trilan waktu itu yang sekarang nama kerennya “sepeda low rider”. Klik ceritaku.
Tapi aku kali ini sudah tidak berani lagi mengangkat roda depan sepeda MTBku ketika menemui track gundukan tanah yang aku lewati (karena umurku sekarang sudah 45 th). Sebenarnya masih pingin meloncat-loncat tapi khawatir kalau sepedaku rusak. Meskipun aku telah membawa kunci pas, tang, obeng, obat merah, minyak tawon dll.
BCT 2009 JARAK TEMPUH 50 KM UNTUK PESERTA OFFROAD
Kurang lebih lima jam (06.30 – 11.30) aku diatas sadel sepeda(untung sadelku sudah aku ganti yang ada pirnya) untuk menempuh jarak 50 km keluar masuk hutan dengan track mendaki dan menurun pada track offroad sepanjang 14 km. Segar rasanya menikmatijalan setapak berbatu dengan pemandangan ladang dan hutan yang mulai hijau kembali karena sudah diguyur air hujan pada hari-hari sebelumnya. Puaaassssssssss. Untuk aku sendiri puas lahir bathin.
Tapi sebagian peserta mengeluh dengan jarak tempuh 50 km tersebut dan beratnya medan. Apalagi sebagian peserta juga belum tau cara bersepeda yang benar, kapan harus pindah gigi (besar/kecil) depan dan gigi belakang ketika jalan menanjak / mendaki. Sehingga mereka merasa berat dan ngos-ngosan ketika mendaki.
SEPEDA RUSAK DAN KEKURANGAN AIR MINUM
Banyak sepeda yang rusak dalam menempuh track offroad karena mereka tidak memakai sepeda MTB yang standar / layak untuk offroad. Yang aku amati sepeda yang rusak itu rata-rata memakai ban kecil sehingga tidak kuat bila kena benturan batu, akibatnya ban bocor, ban pecah, pelek rusak dll. Dan peserta mau tidak mau terpaksa harus berjuang sendirimemperbaiki dan ganti ban. Karena tidak ada mobil penyapu untuk mengangkut sepeda-sepeda yang rusak.
Dan selama di track offroad para peserta merasa UANG YANG DIBAWA TIDAK LAKU, duwik gak payu (keluhnya). Karena tidak ada warung nasi dan tidak ada yang jual air minum. Padahal air minum sangat dibutuhkan, sedangkan penyelenggara menyediakan air minum terbatas pada titik-titik tertentu. Banyak yang menggerutu pada panitia, karena kekurangan air. Aku sendiri menghabiskan dua botol air (botol standar MTB)
Memang penyelenggara sebenarnya sudah pesan melalui www.bcc-bojonegoro.cc , tentang apa yang harus dipersiapkan peserta offroad. Tapi dari lima belas ribu peserta mungkin yang baca bct 2009 melalui internet tidak lebih seribu orang, sehingga ini tidak tepat sasaran.
KOMPAS DAN SPEDO METER
Perjalanan di hutan kompas sangat diperlukan, untuk mengetahui kearah mana kita berjalan. Juga spedo meter , untuk mengetahui kecepatan, jarak tempuh dari start sampai finish, dan berapa km track offroad yang kita lalui. Termasuk mengukur tenaga kita ketika mendaki, mampu berjalan dengan kecepatan berapa.
BELAJAR PEDULI
Memasuki track offroad di barat pemandian Wana Tirta Dander, kita mulai disuguhi pemandangan rumah-rumah khas sekitar hutan yaitu rumah yang dindingnya terbuat dari gelam (kulit kayu jati). Padahal rumah-rumah di luar lingkungan hutan, minimal kusen dan pintunya terbuat dari kayu jati. Sedangkan di hutan dindingnya masih dari gelam, rumahnya tanpa listrik dan ada juga yang tanpa sumber air.
Bayangkan bagaimana anak-anak belajar pada malam hari, di dunia modern ini. Bagaimana masa depannya, apa mampu bersaing ? Juga terlihat talang rumah yang dihubungkan dengan corong botol yang disambung selang menuju jambangan, untung menampung air hujan.
Semoga ini bisa ditindaklanjuti oleh pihak terkait (DPRD dan PEMDA), yang tentunya akan lebih manjur bila ada perintah langsung dari Kang Yoto (Bupati Bojonegoro). Dan semoga ada lanjutan bedah rumah yang seperti dilaksanakan oleh KODIM Bojonegoro (yangsumber dananya aku tak tau) bisa berlanjut ke kampung tengah hutan.
TIKETKU HILANG
Setelah lima jam menempuh jarak lima puluh kilo meter, ticketku yang aku titipkan teman ternyata dimaksukan secara utuh (tanpa di sobek) ke kotak undian . Praktis aku tidak bisa berharap dapat hadiah, karena tidak punya bukti. Langsung aku balik pulang…………………………………………………………………. Tapi tidak apa-apa aku sudah puas dengan perjalanku.Terima kasih untuk penyelenggara.
PERMINTAAN MAAF
Aku salut dengan penyelenggara yang mengakui kekurangannya dan telah minta maaf secara terbuka melalui www.bcc-bojonegoro.cc
SARAN UNTUK PENYELENGGARA
Untuk penyelenggaraan kegiatan sepedahan berikutnya sediakan / siapkan :
- air minumyang cukup
- bengkelsepeda di beberapa titik
- mobil pengakut sepeda rusak dan ambulan diperbanyak, bila jalan tidak memungkinkan, tempatkan di titik-titik yang bisa di lalui mobil
- lakukan bhakti sosial di sekitar hutan (menyantuni masyarakat hutan dan menanam penghijauan).
Sesuai dengan judul kegiatan nya Borneo Equator Expedition merupakan tantangan melalui garis katulistiwa yang dimulai dari Kalimantan Barat ke Kalimantan Timur.
Gw terbang menuju Pontianak untuk melihat persiapan akhir para pserta Borneo Equator Expedition (BEE) 2009 yang diikuti oleh 30 Mobil, 6 Motor dan 1 UTV peserta asal Amerika.
Peserta asal Australia, Karen, merupakan satu-satunya pengemudi wanita di ekspedisi kali ini. ditemani suamainya Allan menggunakan Jeep JK 5 Pintu.
Hari minggu, 6 Desember peserta Equator Expedition memulai start dari Pontianak (Kalbar) menuju Bontang (Kaltim) tolong dicatat bahwa perjalanan yang berjarak sekitar 2500KM ini hanya melewati jalanan aspal sepanjang 200 kilometer, sisanya?? Jalan tanah, nyebrang sungai dan menembus hutan..
Tahun 1996 Camel Trophy pun pernah melintasi rute yang sama, tapi sayangnya ngga ada stau peserta pun yang berhasil lolos sampai finish.. semua kendaraan diangkut dengan menggunakan helicopter!! Mudah-mudahan kali ini semua peserta ekspedisi yang diprakarsai Cheetah dan IOF ini dapat menyelesaikan seluruh trek.
Acungan jempol pantas diberikan kepada tim survey (pembuka jalur) yang diantaranya adalah Offroader senior Syamsir Alam dan Yuma Wiranatakesuma. Selama 38 hari mereka beserta beberapa orang crew menyusuri garis equator untuk memastikan bahwa jalur nya dapat dilewati peserta walaupun harus memakai segala cara dan kreatifitas..hehehe.. lihat aja gambar dibawah ini, tim survey memakai 2 perahu yang digabungkan untuk membantu mereka nyebrang sungai!!
Bukan cuma itu, kontur tanah dengan kemiringan 80 derajat sepanjang 30 meter pun merupakan salah satu tantangan yang berat. Whincing udah jadi satu keharusan.
Di hutan pun masih ditemui beberapa jenis binatang langka dan buas.. menurut cerita Yuma, suatu hari mereka menemukan pohon dengan bekas – bekas cakaran, dan ngga ada yg bisa nebak binatang apa.. akhirnya salah satu crew bertanya sama seorang warga suku Dayak yang ikut dampingin tim survey dan jawabannya? “iya.. itu bekas cakaran –cakaran beruang” what?!?! langsung mereka pada ngacir menjauh..hmm.. semoga cuma hasil cakarannya aja yang mereka temuin.
Lihat Foto – foto dibawah ini, siapapun yang ikut jadi bagian ekspedisi ini pasti dapat pengalaman yang ngga bisa dinilai harganya. Untuk laporan perjalanan Borneo Equator Expedition selengkapnya harap bersabar 25 hari lagi yaa, sampai mereka tiba di Balikpapan dan balik ke Jakarta.