Kali ini pengaturan masuknya JCH ke pendopo diatur oleh polisi dan polwan yang sebagian tidak memakai baju seragam dinas, biar lebih bersahabat (mungkin). Juga untuk menghalau pengantar agar tidak berjubel di pintu masuk pendopo, sehingga tidak mengganggu JCH yang akan masuk. Seharusnya di pintu pendopo dipasang dua pembatas tali sampai pagar alun-alun, jadi tidak usah repot-repot menghalau pengantar berkali-kali (sampai ngentekno lambe).
Foto-foto lainnya di facebookSITUASI KOTA BOJONEGORO
Pagi ini mulai 05.30 wib sekitar alun-alun Bojonegoro ramai dikunjungi ribuan pengantar JCH, yang datang dengan menggunakan bermacam-macam sarana angkutan mulai dari kendaraan pribadi sampai kendaraan pengangkut beras digunakan mengangkut manusia.
Ya harap maklum, karena mereka dengan semangat ingin mengantarkan keluarga ataupun tentangga. Kadang ada juga yang bermaksud supaya di tahun-tahun berikutnya (ketularan, bahasa jawa) bisa pergi haji. Ini wujud dari salah satu usaha mereka. (Amin-main ya Robbal alamin) Meskipun jarak rumah sampai pendopo Pemkab Bojonegoro sekitar 70 km dari kediaman mereka.
Tidak ketinggalan juga para pedangan asongan juga berjubel di sekitar alun-alun untuk mengais rejeki di musim haji ini. Mulai dari penjual makanan, mainan anak-anak, burung yang diberi warna-warni, alat-alat rumah tangga, pokoknya segala kebutuhan ada disitu.
Juga tidak ketinggalan penjual “Pengaman Kompor Gas LPG” yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mengenalkan dan menawarkan produknya. Memang sekarang lagi marak pemberitaan tentang kecelakaan dalam penggunaan kompor LPG. Peluang bisnis tentunya.
Penjual minuman botol juga tidak ketinggalan dengan memaksa anak-anak supaya membeli, meskipun yang ditawari sudah geleng-geleng kepala. Itulah salah satu teknik menjual, “memaksa”.
Inilah sedikit gambaran situasi Kota Bojonegoro di musim haji, yang mungkin tidak ter”ekspose”. Sesuai mottoku : “Meng-ekspose yang tidak ter-eksose”.