Dan kadang kegiatan ini di cemooh orang. “Mendoakan tidak harus datang ke makam”, katanya. Ya memang betul, dimana saja kita bisa mendoakan karena Allah SWT selalu online (istilah sekarang) tapi dibalik itu semua banyak manfaat yang kita petik.
Pertama, kita bisa lebih menghayati makna hidup yang nantinya juga akan kembali menghadap pada Sang Khaliq. (Darimana kita hidup dan kemana akan kembali).
Kedua, kita bisa membersihkan makam yang banyak ditumbuhi rumput dan tertimbun daun-daun yang jatuh (biasanya di makam banyak pohon besar) Secara umum lokasi makam menjadi bersih. Apalagi di desa makam tidak begitu terpelihara.
Ketiga, kita bisa membetulkan bila ada nisan yang menancap di tanah miring/rubuh (karena sebagai umat Islam dilarang menandai makam dengan memasang kijing yang permanen di tempat pemakaman umum). Bila sekali waktu tidak kita tengok tanda/nisan makam itu akan hilang.
Keempat, ikut mendukung dan meningkatkan penghasilan penjual kembang (yang kebanyakan berasal dari ekonomi bawah). Di utara kantor Pemda dan di depan SMA 4 Bojonegoro banyak penjual kembang. Kenapa kok bawa kembang segala ? Karena malaikat senang yang baunya wangi, sehingga malaikat ikut membatu dan meneruskan doa kita pada Allah SWT.
Sebenarnya minimal setiap Jum’at kita mengirimkan Al Fatihah untuk semua ahli kubur kita. Saya katakan semua ahli kubur, karena saya dalam mengirim Al Fatihah tidak menyebut nama ahli kubur satu per satu, rasa tidak adil. Karena yang harus dikirimi bukan ahli kubur keluarga terdekat saja. Juga semua famili dari kakek/nenek, pakde/bude dan lain-lain yang tidak terhitung sudah mendahului kita.
Untuk yang belum sempat ziarah kubur, bisa melakukan sewaktu-waktu atau mungkin pas pulang kampung. Atau bisa telepon keluarga dekat untuk membersihkan makam. Mudah khan ?? JZ13MGS