KURANGI NONTON TELEVISI (2)

4. “Ceria tanpa layar kaca”
Rumah tersebut tak “memelihara” televisi.
Tak ada televisi di rumah ternyata begitu menyenangkan. Mau tahu buktinya ?
Dikutip dari Laporan Utama Majalah Suara Hidayatullah Maret 2007

5. “Matikan TV, giatkan membaca”.
Dikutip dari Majalah LMI (OASE) Agustus 2008 / Sya’ban 1429 H

6. Hasil wawancara reporter Oase dan Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MSc di Jakarta sebagai berikut :

Ustadz Didin, bulan Ramdhan tahun ini masih aktif ngisi pengajian di televisi ?

Ada beberapa tawaran, tapi saya sudah memutuskan untuk tidak lagi ngisi pengajian di televisi. Program-program ramadhan di televisi banyak yang bergeser dari substansinya. Jadi, saya dengan halus menolak. Kalau dulu programnya serius, saya bersedia.
Dikutip dari Majalah LMI (OASE) September 2008 / Ramadhan 1429 H

7. “Gadaikan televisi karena televisi adalah kebohongan”.
Penceramah Pengajian ahad pagi masyarakat madani Bojonegoro. 07/09/2008

Maka dengan sajian-sajian tv yang sudah tidak ada batas ini dan dihubungkan dengan kutipan-kutipan diatas kita bisa menarik kesimpulan yang bijaksana tentang tv. Kita ibaratkan stasiun tv sebagai penjual dan kita (penonton) sebagai pembeli. Kita bisa membeli (memilah) sendiri mana yang cocok dikonsumsi oleh keluarga kita.

Dan kami harapkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak segan-segan dan BERANI menegur stasiun tv yang sudah keluar dari norma-norma agama dan adat ketimuran.

Dan mulai 01 Ramadhan 1429 H / 01 September 2008 kami sudah mulai membatasi keluarga dalam menonton tv. Yang sebelumnya memang berat melaksanakan ini, karena sudah ketergantungan. Maka ketergantungan ini kita kurangi sedikit demi sedikit. Dan ke depan mungkin membuat judul “AYO BENCI TELEVISI “

Akhirnya kami membuat jadual nonton tv sebagai berikut :

TAHAP

JAM

KETERANGAN

I

23.00 S.D. 07.30

KHUSUS SABTU DAN AHAD LONGGAR

II

12.00 S.D. 13.30

III

17.00 S.D. 18.00

TERGANTUNG MASUKNYA SHALAT MAGRIB

Pertama kami terapkan jadual ini pada kikuk dan bingung mau mengerjakan apa waktu yang kosong ini, biasanya waktu kosong langsung nonton / menghadap tv. Tapi setelah terbiasa, waktu kosong digunakan anak-anak membaca buku atau menyelesaikan pelajaran sekolah di dalam kamar masing-masing. Dan ketergantungan pada tv mulai berkurang.

Dengan konsekuensi kita sebagai orang tua harus menambah bahan-bahan bacaan yang bermanfaat. Untuk kedepan kami arahkan belajar menulis dan dipublikasi pada blognya masing-masing.

Cerita masa kecil.

Dulu waktu kecil (1975) belum ada listrik dan satu desa yang punya tv hanya satu, paling nonton tv kalau ada tinju Muhammad Ali. Jadi setiap pulang sekolah langsung ambil sarung (masih pakai baju pramuka) terus pergi ke langgar (musholla, sekarang) belajar mengaji. Selesai mengaji terus main-main antara lain : ke sawah cari apa yang bisa dimakan, ke ndadah (pekarangan belakang rumah tetangga) mencari burung yang menetaskan anaknya, bluron (mandi di kali bercampur orang mandikan sapi). Pulang main, mandi terus kembali berangkat ke langgar untuk shalat magrib dan mengaji. Terus………….masih banyak cerita masa kecil yang asyik, Termasuk disuruh teman-teman yang lebih besar untuk cari puntung rokok. Maklum waktu itu rokok pabrik harganya belum terjangkau anak remaja.