REKREASI TERUS MESKIPUN PUASA (2)

Ya untuk bulan puasa kita beralih ke rekreasi sosial. Apa itu ?

Disekitar kita khan banyak yayasan sosial yang menampung anak-anak diantaranya yayasan : yatim piatu, pendidikan, yayasan sosial lainnya. Maka untuk bulan ramadhan tetap rekreasi tapi sambil beribadah. Bagaimana caranya ?

Kita khan punya penghasilan, yang 2.5% (sering diingatkan oleh para ustadz pada saat pengajian atau pada suatu kesempatan) adalah titipan Allah SWT untuk disalurkan pada yang berhak. Ataupun dalam bentuk infag, sodaqoh dan macam-macam zakat lainnya dengan niat lillahi ta’la. Makanya kesempatan ini kita gunakan untuk menyalurkan pada kaum duafa / yang berhak sekaligus memberi contoh pada anak-anak kita untuk peka pada lingkungan dan kegiatan amal / sosial.

Kali ini rekreasi tidak ketempat rekreasi, tapi mengunjungi yayasan. Untuk perjalanan juga sangat menyenangkan dan menyegarkan (lihat foto diatas). Dengan mengunjungi yayasan kita ikut merasakan bagaimana anak yang sudah tidak punya ibu/bapak padahal sebenarnya masih menginginkan kasih sayang orang tua sendiri. Atau orang tuanya (maaf) tidak mampu membiayai hidup anaknya, sehingga dititipkan ke yayasan. Yang jelas akhirnya anak-anak tersebut tidak bisa bebas (dalam arti yang positif), manja seperti berkumpul dengan keluarganya sendiri. Mungkin harus mencuci sendiri, makan mempersiapkan sendiri, berangkat sekolah mempersiapkan sendiri dan masih banyak sendiri yang lain. Maka dengan mengunjungi mereka kita bisa berbagi kesenangan dan membesarkan hati mereka. Kata yang tren sekarang “Mari berbagi”, “Memberi manfaat untuk sesama”. Yuk latihan …………….

Dengan latihan disiplin menyisihkan 2,5% penghasilan (tentu pengahasilan sah) dan menyalurkan kepada yang berhak, lama-kelamaan membuat kepuasan bathin tersendiri bagi kita. Jadi meskipun puasa (bulan ramadhan) jangan berhenti rekreasi.

Setelah menulis ini penulis berkesimpulan bila rekreasi ada dua jenis, pertama : rekreasi alam, kedua : rekreasi sosial. Ada yang setuju ?

Cerita pengasuh yayasan :

Yang agak berat dan ekstra sabar adalah mengasuh anak yayasan yang laki-laki. Setiap awal ramadhan dibelikan gelas sebagai tambahan yang telah ada untuk tempat minum, tapi setelah beberapa hari jumlahnya kurang dari separo. Demikian juga untuk barang-barang peralatan memasak yang lain. Sehingga kalau mau minum atau makan kolak pada bingung, pokoknya alat-alat makan/dapur tidak kembali pada tempatnya (seperti sendok ada yang didalam bak mandi dsb). Tapi itulah cobaan dan seninya untuk melatih kesabaran yang tinggi dan harus sabar.

Anak-anak yang dititipkan orang tuanya ke yayasan kalau pulang ke rumah diolok-olok tetangganya karena sekolah tidak membayar, sehingga orang tua dan anaknya menangis. JZ13MGS